Kamis, 13 Desember 2012

Manajemen Rantai Pasokan ( SCM )


Supply Chain Management atau SCM bukan istilah yang asing lagi. Istilah ini sudah banyak beredar didunia industri, baik jasa maupun barang. Ketika mendengar istilah Supply Chain Management, pikiran kita langsung tertuju pada Urusan Logistik. tetapi ternyata pikiran tersebut salah. Logistik itu merupakan bagian dari Supply Chain Management.


Apa itu Supply Chain Management ?

menurut saya,dari berbagai pengertian dan dari berbagai buku yang ada, pengertian dibawah ini yang lebih tepat untuk Supply Chain Management. yaitu :
A supply chain is a sequence of processes and flows that take place within and between different supply chain stages and combine to fill a customer need for a product. (Sunil Chopra & Peter Meindl, 2001)

Within and Between , kata yang digarisbawahi tersebut sangat penting dalam memahami Supply Chain Management. jadi Supply Chain Management adalah Strategi pengaturan dan pengontrolan tahapan dan aliran dari pemenuhan kebutuhan customer terhadap suatu produk pada setiap rantai pasokan, pengaturan dan pengontrolan yang dilakukan pada setiap stage dari perusahaan sendiri maupun dari rekanan perusahaan yang masih berhubungan.

Within yaitu Company Focus, dimana proses pengaturan dan pengontrolan dilakukan fokus dalam intern perusahaan, dan Between yaitu Networking Fokus, dimana proses pengaturan dan pengontrolan dilakukan terhadap perusahaan rekanan.


Apa bedanya Logistik dengan Supply Chain Management ?

Logistik : aliran barang/jasa dan informasi terkait secara efektif dan efisien dari titik awal hingga titik konsumsi dalam rangka memenuhi kebutuhan kosumen.

Lingkup Logistik : pemrosesan order, pengendalian inventory, pembelian, pergudangan dan distribusi/transportasi.

Logistik merupakan salah satu fungsi perusahaan dan suatu proses antar organisasi.

Logistik merupakan bagian dari proses supply chain.

Sumber :
http://royindralesmana.wordpress.com/category/supply-chain-logistic/
20 Juni 2009

Sumber Gambar:
http://www-935.ibm.com/services/uk/bcs/images/bcs_supply_chain443.jpg



Sejarah
Manajemen rantai pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer, sangat berperan dalam menentukan kemenangan perang, terutama pada perang dunia kedua.

Ketika jaman perang sudah lewat, teknik logistik ini sangat terpakai pada urusan pengiriman barang. Di sini terjadi kerjasama antara perusahaan pengiriman dengan gudang, dan pengaturannya mulai dilakukan oleh pihak ketiga.

Perkembangan selanjutnya, pada era globalisasi mulai banyak perusahaan yang mencari cara bagaimana menurunkan biaya produksi. Banyak perusahaan multinasional memindahkan pabrik ke negara-negara dengan upah buruh murah. Indonesia dan beberapa kawasan di Asia adalah contohnya. Di sini terlihat bahwa logistik memegang peranan yang lebih penting lagi.

Perkembangan ilmu logistik menjadi lebih hebat lagi ketika munculnya teknologi informasi pada tahun 1980-an. Banyak faktor seperti makin murahnya komputer, makin cepatnya komputer, makin luasnya adopsi internet, bandwidth yang makin murah, membuat orang makin mudah berkomunikasi dan berkolaborasi dengan cara yang semakin efisien. Penerapan teknologi informasi yang semakin meluas ini menekan kesalahan manusia, menekan biaya produksi, meningkatkan kualitas sampai pada tingkatan yang luar biasa.

Ilmu logistik akhirnya berkembang menjadi satu mata rantai pasokan, dengan pendekatan secara sistem yang integral, yang meliputi Gudang Penyimpanan, Transporasi, Inventory, Pemesanan Barang, dan Jumlah Barang. Kelima komponen tadi harus dioptimalkan secara keseluruhan. Optimalisasi secara individual tidak disarankan karena bisa membuat sistem secara keseluruhan menjadi tidak optimal (atau mahal). Misalnya untuk menekan biaya produksi kita coba pindahkan gudang penyimpanan ke tempat lain yang lebih murah. Tapi mungkin ini akan berakibat ongkos transport yang lebih mahal, dan sebagainya.

Membangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan
Untuk membangun suatu sistem manajemen rantai pasokan yang optimal, kita harus perhatikan lima hal dasar sebagai-berikut :
Perencanaan – ini merupakan proses awal yang strategis, harus dipikirkan mulai dari awal bagaimana membuat suatu tolok ukur untuk menentukan tingkat efisiensi, harga, kualitas, dan nilai pada pelanggan 
Pemasokan – pilihlah pemasok-pemasok yang paling baik, dan tentukan tolok ukur untuk menjaga kualitas, komitmen, penerimaan barang, pemeriksaan, pemindahan ke pabrik, serta pembayaran
Pembuatan – yang ini merupakan langkah pabrikasi, tentukan langkah2 yang diperlukan untuk pembuatan, pemeriksaan, pemaketan, dan persiapan pengiriman. Tentukan tolok ukur yang jelas tentang tingkat kualitas, tingkat produksi, dan produktivitas karyawan 
Pengantaran – bagian ini disebut juga logistik. Atur penerimaan pesanan dari pelanggan, buat jaringan pergudangan, pilih ekspedisi pengiriman barang ke arah pelanggan, dan juga masalah pembayaran
Pengembalian – bagian ini menangani masalah pengembalian barang cacat atau produksi berlebih dari pelanggan 

Manajemen Rantai Pasokan berbasis Teknologi Informasi

Perangkat lunak manajemen rantai pasokan memberikan satu kerangka yang memungkinkan semua bagian yang berbeda-beda berkolaborasi dengan baik menggunakan dengan format yang sama. Teknologi Informasi memungkinkan kita untuk melihat keseluruhan proses secara urut dan teratur meskipun ada sekian banyak sumber yang berbeda-beda.

Satu contoh betapa hebatnya pengaruh teknologi informasi :

Misalnya anda adalah pengusaha garmen dengan beberapa pabrik di dalam dan luar negeri. Suatu hari salah satu pabrik anda di luar negeri mengalami kerusakan, dan akibatnya bisa mempengaruhi terlambatnya suatu pesanan besar dari satu pelanggan utama. Teknologi Informasi mampu membuat suatu perangkat lunak manajemen rantai pasokan yang sangat canggih, sehingga manajer bisa menemukan beberapa alternatif solusi untuk tetap memenuhi pesanan tadi meskipun salah satu pabrik rusak…
Nah, jika anda pengusaha yang memiliki beberapa pabrik atau mitra, kalau belum memiliki suatu sistem yang terintegrasi, sekaranglah saatnya melirik pada perangkat lunak Manajemen Rantai Pasokan atau disebut juga sebagai SCM (Supply Chain Management) ini.

Sumber :
Tony Seno Hartono
http://tonyseno.blogspot.com/2008/09/manajemen-rantai-pasokan-scmsupply.html
Konsep Supply Chain Management (SCM) yang merupakan penyempurnaan dari konsep Logistic Management menjadi demikian populer dalam beberapa tahun terakhir. Lingkup SCM ada di semua bisnis, baik yang sederhana maupun yang kompleks. Sekarang ini, hampir semua perusahaan menerapkan konsep SCM.

Secara garis besar, fokus SCM adalah memperlancar pergerakan rantai informasi dan suplai dari sisi produsen, distributor, jaringan penyangga bisnis, dan juga konsumen. Kita perlu tahu bahwa rantai suplai bisa sederhana, namun juga bisa sangat kompleks. Yang sederhana, dapat dilihat pada rantai jual-beli sembako di warung dekat rumah kita. Di sini, pemilik warung cukup mengidentifikasi apa kebutuhan konsumen di sekitarnya, kemudian ia membeli sembako dari grosir dan menjualnya langsung ke konsumen dengan mengambil untung seperlunya.

Dalam skala yang kompleks, penerapan SCM dapat dilihat pada pabrik makanan kemasan yang memroses bahan mentah menjadi makanan siap saji setelah melalui sekian banyak rangkaian proses. Contoh yang lebih kompleks lagi dapat dilihat pada rantai suplai bahan bakar minyak dan gas (BBMG) atau suplai listrik. Untuk menyuplai BBMG atau listrik hingga ke konsumen, rantainya sangat panjang, dan ada saling ketergantungan antara proses yang satu dengan proses lainnya. Singkat kata, bila ada satu mata rantai proses yang terganggu, maka dapat dipastikan semua rangkaian suplai akan terganggu.
Beberapa fakta di sekitar kita dapat dijadikan contoh tentang konsep SCM yang terganggu, semisal kelangkaan BBMG, pupuk, atau kurangnya pasokan listrik di beberapa daerah. Apa yang salah? Dalam kasus kelangkaan BBMG, alasan yang bisa dikemukakan adalah rusaknya kilang minyak, atau terhentinya pasokan minyak mentah, atau cuaca buruk yang menghambat transportasi BBMG ke daerah tertentu, atau adanya lonjakan pemakaian oleh konsumen, dan banyak lagi alasan lainnya.
Dalam kasus kelangkaan pupuk, bisa dimunculkan alasan berkurangnya produksi karena kurangnya pasokan bahan mentah, atau adanya penimbunan oleh oknum distributor karena harga jual yang tidak menarik lagi.
Dalam kasus kurangnya pasokan listrik, dapat dikemukakan alasan rusaknya pembangkit listrik, atau terhentinya pasokan bahan bakar untuk pembangkit listrik, atau keterbatasan jaringan transmisi dan distribusi, atau karena banyaknya pencurian listrik, atau memang karena kebutuhan konsumen yang tidak dapat dipenuhi oleh produsen listrik. Singkat kata, makin kompleks rantai suplainya, maka makin banyak alasan yang bisa dikemukakan.

Namun, apakah dalam setiap kejadian terganggunya rantai suplai, dapat dipecahkan hanya dengan cara mengemukakan alasan yang tepat kepada publik? Jawabnya, sudah pasti tidak. Simaklah salah satu contoh ketika terjadi polemik kelangkaan pasokan listrik di Jawa-Bali gara-gara macetnya suplai batubara ke beberapa pembangkit listrik. Penyuplai batubara bilang, armada angkutannya terganggu karena cuaca buruk di laut, sementara produsen listrik tidak bisa berbuat apa-apa.

Faktanya, di saat yang sama, banyak armada angkutan batubara yang memenuhi perairan Laut Jawa untuk ekspor. Rupanya, harga ekspor lebih bagus dari harga dalam negeri. Nah, kalau sudah begitu, siapa yang harus bertanggungjawab kepada publik? Apakah produsen listrik mau ambil tanggungjawab atas kesalahan orang lain? Apakah pemasok batubara mau bertanggungjawab atas kerugian si produsen listrik?

Itulah yang namanya polemik, seperti benang kusut yang sulit diuraikan. Bagi saya, semua pihak ikut bertanggungjawab atas terganggunya rantai suplai tersebut.

Tanggungjawab adalah esensi SCM
Untuk memahami konsep SCM secara lebih sederhana, mari kita memasuki wilayah SCM di rumah tangga. Setiap individu dalam sebuah rumah tangga punya tugas dan tanggungjawab masing-masing. Mereka kemudian punya tanggungjawab bersama untuk mewujudkan keluarga bahagia yang sejahtera. Setiap anggota keluarga menyuplai apa yang diembannya. Dana rumah tangga disuplai oleh sang ayah, urusan rumah tangga disuplai oleh sang ibu, hasil pendidikan disuplai oleh sang anak, dan tugas beres-beres disuplai oleh sang pembantu. Kalau semisal sang anak gagal menyuplai hasil pendidikannya, maka akan terjadi gangguan rantai suplai menuju keluarga bahagia yang sejahtera.

Demikian juga bila terjadi kegagalan suplai oleh anggota keluarga lainnya, maka dapat dipastikan akan sulit mencapai sasaran bersama tersebut. Di dalam menjalankan rantai suplai, tidak ada ruang untuk saling menyalahkan terhadap kegagalan salah satu anggotanya, karena semua telah berikrar untuk bertanggungjawab bersama. Kegagalan salah satu anggota merupakan kegagalan bersama yang harus ditanggungjawabi bersama pula. Dengan demikian, upaya penanggulangan setiap kegagalan yang terjadi, dapat dilakukan bersama dalam konteks kekeluargaan. Apakah dalam bisnis ada konteks kekeluargaan? Jawabnya jelas ada, karena dalam bisnis selalu ada yang disebut kemitraan atau partnership, dan itu sama esensinya dengan kekeluargaan.

Lalu, bagaimana bentuk struktur tanggungjawab itu sendiri? Lihatlah bentuk piramida di Mesir. Satu bongkah batu kita analogikan seperti satu tanggungjawab. Rangkaian batu di bagian bawah piramida, sama seperti rangkaian tanggungjawab yang menopang rangkaian tanggungjawab di atasnya. Demikian seterusnya, hingga ada satu bongkah batu di bagian puncaknya. Ini sama artinya bahwa sang penanggungjawab tertinggi sangat tergantung dengan sekian banyak penanggungjawab di bawahnya. Kalau orang-orang di bawahnya kurang punya rasa tanggungjawab, maka sang pimpinan tidak dapat diandalkan tanggungjawabnya.

Dalam perumpamaan lain, kita bisa melihat sebuah pohon yang setiap anggotanya punya tugas dan tanggungjawab masing-masing. Akar, batang, dahan, ranting, dan daun, punya spesialisasi tanggungjawab. Apa yang bisa diharapkan bila sang akar tidak dapat menyuplai sari makanan ke anggota di atasnya? Apakah kita bisa berharap ada bunga indah atau buah manis sebagai hasil tanggungjawab bersama?
Dari cerita di atas, sekarang kita bisa memahami bahwa setiap mata rantai suplai punya lingkup tanggungjawabnya sendiri, yang membentuk struktur tanggungjawab kolektif dengan semua anggota rantai suplai lainnya. Inilah esensi tanggungjawab berjamaah.
Sumber :
Gunawan Samsu
http://esqmagazine.com/spiritual-management/2009/02/01/47/tanggungjawab-dalam-scm.html
Perkembangan industri nasional dianggap masih bergerak di sector industri hilir.
Indikatornya,industri dasar seperti industri baja, supply chain-nya masih sangat tergantung impor negara lain. Belum lagi tingginya biaya ekonomi dan rumitnya birokrasi semakin mempersulit perkembangan industri.

Menurut anggota komisi VI DPR dari Fraksi PKS, yang menangani bidang perindustrian Zulkieflimansyah,dunia industri nasional dalam lima tahun terakhir mengalami kinerja yang sangat buruk. Perkembangan industri baru mandeg, sementara industri yang sudah ada banyak yang gulung tikar.

Zul, begitu ia disapa,berpendapat,bila pemerintah ingin membangun industri yang kuat,maka industri dasar,yakni industri baja harus diperkuat. Indonesia sebenarnya memiliki potensi tambang bijih besi hingga mencapai empat miliar ton. Potensi tambang batu bara juga terhitung sangat besar.
"Sayangnya potensi tambang yang sangat besar ini tidak dimanfaatkan. Kita masih senang import,"ungkap Zul, Jum'at (6/10) di Jakarta.
Memperkuat industri dasar, lebih lanjut Zul, berarti harus memperkuat industri hulu sebagai supply chain-nya. Tidak mungkin industri dasar bisa tumbuh menjadi industri yang kuat jika bahan baku utamanya masih tergantung impor seperti sekarang. Apalagi harga gas dan energi terus melambung tinggi.
Jika industri dasar seperti industri baja masih seperti sekarang, Zul menilai pemerintah hanya bergerak di sektor industri hilir. 
Sementara supplay chain-nya yang berada di sector hulu tidak dibangun.  "Jadi jangan terlalu berharap kita dapat mengejar Korea Selatan, Taiwan, Cina, dan Malaysia,"  tukas dia.
Masalah lain yang juga menjadi penyebab terpuruknya sector industri nasional , yaitu biaya ekonomi tinggi (high cost economy), akibat rendahnya komitmen pemerintah dan lemahnya koordinasi antar instansi. Sulit berharap para investor luar mau membangun industri di Indonesia, jika mengurus ijin saja berbelit-belit dan memakan waktu yang lama sekitar 120 hari.

Belum lagi, saat distribusi barang dan transportasi, para pengusaha masih harus menghadapi pungutan-pungutan liar (pungli). "Deregulasi perizinan memang sudah dilakukan,tetapi masih pada dataran konsep dan teori,kenyataan dilapangan masih tidak berubah," tandas Wakil Ketua Farksi PKS DPR itu.
Sumber :
Suara keadilan edisi 4/Tahun I/ September - Oktober 2006 dalam :
http://zulkieflimansyah.com/in/supply-chain-industri-baja-bisa-mandiri.html
Manajemen Rantai Suplai (Supply chain management) adalah sebuah ‘proses payung’ di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain (rantai suplai) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen. (Kalakota, 2000, h197)

Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut.


Pengertian

Manajemen Rantai Suplai adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai suplai bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai.

* Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.

* Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.

* Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198)


Menurut Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu:

* Rantai Suplai Hulu/Upstream supply chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.


* Manajemen Internal Suplai Rantai/Internal supply chain management

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.


* Segmen Rantai Suplai Hilir/Downstream supply chain segment

Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.

Permasalahan Manajemen Suplai Rantai
Manajemen suplai rantai harus memasukan problem dibawah:

* Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.

* Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.

* Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.

* Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.

* Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas didalam rantai suplai.

Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi dan dana diantara rantai suplai tersebut. Alurnya sendiri dua arah.


Aktivitas/Fungsi

Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai suplai menuju ke pembuatan konsep rantai suplai. Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah meningkatkan ke[percayaan dan kolaborasi diantara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.

Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai suplai.

beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Suplai. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas suplai rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional.


Strategis

* Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas

* Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang ketiga

* Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara optimal ke rantai suplai,manajemen muatan

* Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli

* Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi pasokan/suplai


Taktis

* Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya

* Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori

* Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses perencanaan.

* Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan

* Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan


Operasional

* Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai suplai
Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit ke menit)

* Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok

* Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok

* Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang diterima

* Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished goods)

* Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke pelanggan

* Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan rantai suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan
pelanggan lain

* Gaji berdasarkan pencapaian


Strukturisasi Tiering

Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya, istilah rantai suplai mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan antara komoditas dasar dan produk akhir. Produk akhir membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur.


Arus Material dan Informasi

Tujuan dalam rantai suplai ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak didalam rantai suplai haruslah berjalan secepat mungkin. Dan dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan inventori di satu lokal, arus ini haruslah diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian tersebut bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah synchronous. (Knill, 1992)“ tujuannya selalu berlanjut, arus synchronous. Berlanjut artinya tidak ada interupsi, tidak ada bola yang jatuh, tidak ada akumulasi yang tidak diperlukan. Dan synchronous berarti semuanya berjalan seperti balet. Bagian-bagian dan komponen-komponen dikirim tepat waktu, dalam sekuensi yang seharusnya, sama persis sampai titik yang mereka butuhkan. ”

Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai suplai yang ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan peninjauan yang holistik pada hubungan suplai.

Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialah mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang akuarasinya sudah meningkatdapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai suplai akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar